Kamis, 17 Desember 2009

Ikan Berkepala Buaya


Kita bisa melihat penemuan seekor Ikan Berkepala Buaya yang sangat menghebohkan serta menggemparkan warga masyarakat di sekitar penemuan ikan yang ajaib tersebut.


Mungkin kita bisa mengambil hikmah serta pelajaran dari hasil penemuan ikan yang aneh ini. Bahwa jika Allah Berkehendak tak ada yang tak mungkin serta aneh. Kekuasaan-Nya, sangat Maha Besar.

Keanehan ikan berkepala buaya yang ditemukan Suwaji (58) dan Suwarni (36) di Sungai Jagir sisi Timur tak hanya terletak pada bentuk fisiknya saja.



Selain pernah membuat penemunya kesurupan, ikan yang dianggap warga aneh ini juga kebal pisau.

Hal itu terbukti saat Sulthon, beserta beberapa orang lainnya berusaha membuka dan merobek perut ikan misterius itu. Pisau seakan tak sanggup untuk membelah tubuh ikan tersebut.

"Tekstur tubuh ikan ini sangat keras, pisau tak mampu membelahnya," ujar Sulthon, pemilik rumah tempat ikan aneh iti disimpan, Jumat (13/11/2009).

Karena kesulitan, Sulthon akhirnya ia terpaksa memakai pisau yang berukuran besar untuk membelahnya. Tujuan Sulthon dan para penemu ikan merobek perut ikan aneh itu untuk mengawetkan agar tidak membusuk.

"Kalau diawetkan begini kan bisa tahan lama dan tidak membusuk," imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, dua warga Medokan Semampir, Sukolilo, Surabaya menemukan ikan yang dianggap bentuknya aneh itu, Selasa (10/11/2009) sekitar pukul 14.00 WIB.

Namun, dari informasi yang dihimpun detiksurabaya.com, ikan yang kepalanya menyerupai buaya itu jenis Aligator dan bernama latin Lepisus Peus. Ikan ini memiliki habitat di sungai-sungai besar di Amerika Tengah dan Selatan. (bdh/bdh)




Surabaya - Peneliti Kanada pernah meneliti mengenai ikan berkepala buaya. Ikan jenis ini diduga kuat merupakan ikan purba karena memiliki beberapa karakteristik.

Karateristik yang paling kuat adalah ikan ini memilik 2 pasang sirip yang diduga sebagai hasil evolusi. Selain itu rahang kuat yang dipunyai oleh ikan berkepala buaya mirip dengan rahang buaya yang hidup di darat.

Penelitian ilmuwan itu diumumkan dalam jurnal ilmiah pada tahun 2006 lalu dan disempurnakan pada Juni 2009. Dalam penelitian itu disebutkan bahwa ikan yang memiliki dua pasang sirip itu disebut sebagai Tiktaalik, seekor ikan purba yang diperkirakan sudah punah ratusan tahun lalu.

Ikan berkepala buaya ini juga memiliki insang yang tidak biasa mirip dengan ikan. Sehingga ikan ini bisa bertahan hidup dalam perairan dangkal dan sering menunjukkan dirinya di permukaan air. Keunikan itu pula yang kemudian menyimpulkan bahwa ikan ini merupakan jenis ikan hasil evolusi antara ikan dan makhluk hidup berkaki empat lainnya seperti dinosaurus, burung dan mamalia.

Fosil Tiktaalik pernah ditemukan di Pulau Ellesmerem, Nuvanut, Kanada. Penemuan itu menunjukkan keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh ikan lainnya. Keunikan itu pula yang memperkuat hipotesa teori mengenai evolusi makhluk hidup.

Tiktaalik juga sering disebut sebagai bagian yang hilang dalam sejarah manusia karena data yang dimiliki hilang tanpa alasan yang jelas hingga fakta baru berupa fosil ditemukan. Setelah penemuan itu, ilmuwan mengevaluasi pernyataan tersebut dan menyatakan bahwa ikan ini merupakan bentuk transisi makhluk hidup.

Transisi itu karena terdapat dua ciri khas yang dimiliki oleh dua hewan darat dan hewan air. Dikatakan hewan darat karena memiliki rahang yang kuat, bahu serta leher dan dikatakan sebagai hewan air karena memiliki insang dan tulang rawan yang biasa dimiliki oleh ikan.

Penemuan itu juga sekaligus menjawab, misalnya, bagaimana hewan yang hidup di air berpindah habitatnya ke daratan. Sehingga tiap makhluk hidup harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

Walaupun penemuan ini menarik namun bukan merupakan suatu hal yang mengejutkan karena berdasarkan bukti yang ada, beberapa makhluk hidup di darat memiliki nenek moyang ikan. Penemuan ini juga diharapkan mampu menguak sejarah organisme lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar